Rabu, 05 Februari 2014
Lapter Bawean Menjadi Harapan Masyarakat Bawean Saat Cuaca Buruk
Net
Pesawat Lion Air sedang diparkir di bandara
TRIBUNJATIM.COM,GRESIK – Proyek pembangunan Lapangan Terbang (Lapter) di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean yang sejak 2004 sampai sekarang terkendala pembebasan lahan untuk landasan pacu (run way).
Awalnya hanya 900 meter sekarang dijadikan 1.200 meter. Pemerintah Kabupaten Gresik mengklaim pembebasan lahan untuk 1.200 meter sudah selesai.
Bupati Gresik Sambari Halim Radianto, mengatakan penambahan panjang run way dari 900 meter menjadi 1.200 meter tidak ada masalah.
“Tidak ada masalah, penambahan lahan sudah selesai,” kata Sambari, usai sidang Paripurna di DPRD Gresik, Selasa (10/9/2013).
Sementara, Ketua DPRD Gresik Zulfan Hasyim, sekaligus sebagai warga Bawean, mengatakan,bahwa sebelum panjang run way menjadi 1.200 meter untuk landasan pacu masih ada tanah milik warga belum dibebaskan, luasnya sekitar 62 hektar lebih. Harapannya tanah tersebut tidak jatuh ke tangan orang yang tidak berhak.
“Pembelian tanah tersebut bisa langsung ke orang yang mempunyai hak penguasaan tanah. Sekarang mereka sudah bersedia menjual tanahnya dengan harga murah untuk kesuksesaan pembangunan lapter,” kata Zulfan, usai sidang paripurna Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (PAPBD).
Pembangunan run way sepanjang 1.200 meter di Desa Tanjungori, Kecamatan Tambak, Gresik, Pulau Bawean, hanya untuk pesawat jenis foker.
“Kedepan, kita ingin panjang landasan paling tidak bisa 1.500 meter, sehingga bisa untuk pesawat jenis ATR 72, yang penumpangnya bisa 70 orang. Jika sampai 2.000 meter pesawat jet bisa turun ke bandara itu dan menjadi landasan alternatif jika Bandara Juanda ada badai dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Sampai saat ini Pemkab Gresik hanya kebagian pembebasan lahan, pembangunan dan pengadaan perlengkapan sarana dan prasarana penerbangan disiapkan oleh pusat atau Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
“Pembangunan oleh Pemerintah Pusat dan Provinsi. Alat navigasi dan bangunan semuanya sana (Pemerintah Pusat dan Provinsi, RED). Sekarang tinggal 4 persen. Sampai sekarang masih terbentang landasan pacu," jelasnya.
Terkait pembebasan lahan yang terkesan sangat sulit, Ketua DPRD Gresik tetap bangga bahwa pembebasan lahan untuk lapter di Pulau Bawean sangat cepat.
“Penyediaan tanah sejak 2004 sampai sekarang termasuk cepat. Di mana-mana pembebasan lahan memang sulit, masih untung sekarang sudah selesai. Kemarin ada kabar dari masyarakat ada pesawat capung mendarat di sana, mungkin dari angkatan udara," kata Zulfan.
Namun untuk anggaran pembebasan lahan tersebut Ketua DPRD Gresik tidak mau terbuka.
“Untuk landasan pacu sudah dianggarkan tahun kemarin. Sekarang ini untuk yang di luar landasan pacu. Jika ada tanah yang dirasa murah bisa digunakan tempat wisata,” jelasnya.
Dengan keberadaan lapter di Pulau Bawean sangat menjadi harapan masyarakat Bawean sebab masyarakat Baweab lebih banyak di luar Bawean dari pada tinggal di Bawean. “Masyarakat Bawean berharap lapter bisa menjadi alternatip ketika ombak besar, sementara saat kecepatan angin tidak kencang pesawat tetap bisa landing sehingga warga tetap bisa pulang pergi dari Bawean,” imbuhnya.
Harapannya Pemerintah Kabupaten Gresik ke depan harus menyiapkan sistem penataan wisatawan yang akan berkunjung ke Bawean. “Tentu Pemerintah Daerah harus menyiapkan regulasinya. Misalnya, karena di Bawean muslim 100 persen, maka cara pakaian turis harus diatur. Tidak boleh pelukan di tempat umum, seperti di Emerat Arab kalau tidak ada ikatan perkawinan tidak boleh tinggal satu hotel dalam kamar. Semua akan menjadi pertimbangan nantinya,” imbuhnya.
Menurut Zulfan yang juga warga Bawean menambahkan bahwa Pantai Labuan dekat Lapter Bawean sangat indah. “Indahnya itu seperti Pantai Pattaya, Thailand. Kalau dilihat dari atas tengah, Pantai Labuan itu kalahnya hanya dengan Pattaya. Ini kata turis Australia yang ketemu di luar negeri,” pungkasnya.
Terpisah, Kabid Komunikasi dan Informasi Perhubungan Udara dan Perkeretaapian, Manuntun Sianturi mengatakan, proyek lapter tersebut adalah proyek Dirjen Perhubungan dengan kerjasama Pemerintah Provinsi dan Kabupaten. Kabupaten hanya mendapat tugas pembebasan lahan. Untuk panjang run way sesuai dengan permintaan Dirjen Perhubungan.
“Dirjen perhubungan pusat yang menyediakan maskapainya, termasuk MoU dengan maskapai penerbangan. Panjang run way sudah sesuai MoU dengan Dirjen perhubungan dan Pemprov Jatim, sebab Pemkab hanya menyediakan lahan,” kata Manuntun.
Direncanakan, lapter di Bawean akan beropersasi pada awal 2014. “Kemarin masih terkendala pembebasan lahan, sekarang sudah selesai dan dijadwalkan awal 2014,” jelasnya.
Walaupun masih dalam lamunan, dengan adanya lapter tersebut bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Bawean dan Gresik secara umum.
“Nanti kalau semua sudah beroperasi, perekonomian di Bawean bisa ikut meningkat termasuk investor juga ikut masuk, tidak kemungkinan panjang run way bisa ditambah menjadi 1.500 sampai 2.000,” imbuhnya.
“Nanti kalau semua sudah beroperasi, perekonomian di Bawean bisa ikut meningkat termasuk investor juga ikut masuk, tidak kemungkinan panjang run way bisa ditambah menjadi 1.500 sampai 2.000,” imbuhnya.
Namun dari pengadaan lapter di berbagai daerah Jawa Timur, khususnya di Bawean, menurut Manuntun pemerintah pusat tidak hanya berfikir mendapatkan keuntungan.
“Tujuan pembangunan tidak hanya profit dan dapat dinikmati langsung keuntungannya, tapi jangka panjangnya untuk meningkatkan dan pemerataan pembangunan,” pungkasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar